Garuda Indonesia Akan Tutup Rute Penerbangan yang Tidak Menguntungkan Tahun 2025

Garuda Indonesia Akan Tutup Rute Penerbangan yang Tidak Menguntungkan Tahun 2025
Garuda Indonesia Akan Tutup Rute Penerbangan yang Tidak Menguntungkan Tahun 2025

JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengambil langkah strategis untuk menutup sejumlah rute penerbangan yang dinilai tidak menguntungkan, sebagai bagian dari upaya menciptakan pertumbuhan bisnis yang lebih berkelanjutan.

Kebijakan ini sejalan dengan upaya restrukturisasi dan ekspansi perusahaan untuk menghadapi dinamika industri penerbangan pasca pandemi.

"Sampai akhir tahun direncanakan ada beberapa rute tambahan, yang akan kami hentikan operasionalnya," ujar Direktur Niaga PT Garuda Indonesia, Reza Aulia Hakim, saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Perlemen, Senayan.

Baca Juga

Kementrian ESDM Dorong Swasta Kembangkan Proyek DME Batu Bara

Meski Reza tidak merinci secara spesifik rute mana yang akan ditutup, langkah ini menjadi bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap rute-rute domestik maupun internasional yang kurang memberikan profitabilitas. Menurutnya, perusahaan tetap mengutamakan efisiensi dan efektivitas operasional agar sumber daya Garuda bisa dimaksimalkan.

Selain menutup rute yang tidak menguntungkan, Garuda Indonesia juga fokus membuka rute baru dengan potensi pasar cukup besar. Salah satu rute yang segera dibuka adalah Halim Perdanakusuma – Palembang. Penambahan rute ini diproyeksikan dapat meningkatkan konektivitas dan membuka peluang rute penerbangan Garuda lainnya.

"Kami akan merestrukturisasi untuk penerbangan intra Papua serta pembukaan rute baru yang kemungkinan marketnya cukup besar yakni Halim-Palembang," jelas Reza. Sebelumnya, maskapai nasional ini juga telah membuka rute Soekarno Hatta – Samarinda dan Halim Perdanakusuma – Denpasar.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi Garuda untuk memperluas jaringan penerbangan domestik dan internasional, sekaligus menyesuaikan kapasitas armada dengan permintaan pasar. Penutupan rute yang tidak efektif diharapkan mampu menekan biaya operasional, sementara pembukaan rute baru menargetkan peningkatan pendapatan.

Selain restrukturisasi rute, Garuda Indonesia juga memperkuat armadanya dengan menambah pesawat baru. Hingga Agustus 2025, perusahaan berhasil menambah lima armada baru, sehingga total kekuatan armada menjadi 78 pesawat. Penambahan ini merupakan jumlah terbanyak sejak pandemi COVID-19, menandai fase ekspansi signifikan bagi maskapai nasional.

"Di bawah manajemen yang baru, hingga Agustus 2025, Garuda Indonesia telah menambah lima armada baru. Ini merupakan penambahan pesawat terbanyak di Garuda Indonesia pasca pandemi COVID-19," terang Reza. Proses penambahan armada akan terus dilakukan secara bertahap hingga akhir tahun 2025, menambah tujuh armada baru lainnya.

Dengan strategi ini, Garuda Indonesia berharap dapat memperkuat posisi di pasar penerbangan domestik dan internasional. Evaluasi rute dan ekspansi armada dianggap krusial untuk menghadapi kompetisi industri yang semakin ketat, termasuk persaingan dengan maskapai swasta dan internasional.

Selain itu, restrukturisasi rute juga menjadi jawaban terhadap pergeseran permintaan perjalanan penumpang pasca pandemi. Tren perjalanan yang berubah, seperti peningkatan penerbangan domestik dan fokus pada rute regional, memerlukan penyesuaian kapasitas dan jaringan penerbangan.

“Kami menyesuaikan rute dan armada agar lebih sesuai dengan permintaan pasar. Penutupan rute yang kurang menguntungkan tidak berarti mengurangi layanan, melainkan untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas,” jelas Reza.

Langkah membuka rute baru juga dianggap strategis untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah di Indonesia. Misalnya, rute Halim – Palembang diharapkan menjadi alternatif perjalanan udara yang efisien, mendukung mobilitas ekonomi, bisnis, dan pariwisata. Begitu pula dengan restrukturisasi rute intra Papua yang memungkinkan distribusi layanan lebih merata.

Dalam konteks bisnis jangka panjang, Garuda Indonesia menekankan pentingnya mengelola portofolio rute dengan prinsip profitabilitas dan keberlanjutan. Kebijakan ini sejalan dengan visi manajemen baru untuk menjadikan Garuda sebagai maskapai yang efisien, adaptif, dan kompetitif di pasar global.

Dengan kombinasi penutupan rute yang tidak menguntungkan, pembukaan rute baru yang prospektif, serta penambahan armada, Garuda Indonesia berupaya menghadirkan layanan yang lebih optimal bagi penumpang sekaligus meningkatkan pendapatan perusahaan. Strategi ini diharapkan dapat memperkuat posisi maskapai nasional menghadapi tantangan industri penerbangan modern.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Erick Thohir Tetap Menjabat Sebagai Ketua PSSI Usai Terima Surat FIFA

Erick Thohir Tetap Menjabat Sebagai Ketua PSSI Usai Terima Surat FIFA

Presiden Prabowo Siap Berpidato di Sidang Umum PBB ke-80

Presiden Prabowo Siap Berpidato di Sidang Umum PBB ke-80

Mendagri Dorong KAHMI Jadi Motor Perubahan Indonesia Emas 2045

Mendagri Dorong KAHMI Jadi Motor Perubahan Indonesia Emas 2045

Kemendikdasmen Tekankan Peran TKA sebagai Standar Baru Pendidikan Nasional

Kemendikdasmen Tekankan Peran TKA sebagai Standar Baru Pendidikan Nasional

Mau Perpanjang SIM? Cek Lokasi SIM Keliling Jakarta Hari Ini

Mau Perpanjang SIM? Cek Lokasi SIM Keliling Jakarta Hari Ini